Senin, 04 Mei 2015
ASPEK KEWAHYUAN HADITS
I.
PENDAHULUAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah banyak mencurahkan rahmat serta kasih
sayangnya kepada kita, sehingga Islam masih menjadi pondasi yang kokoh dalam
diri pribadi manusia. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada nabi Muhammad
SAW juga beserta para sahabatnya yang istiqomah memperjuangkan Islam.
Agama
Islam mempunyai peraturan yang telah tertulis di dalam al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan
sumber hukum Islam yang pertama. Al-Qur’an bukanlah suatu undang-undang dalam
pengertian modern yang menggunakan format dan ibarat tertentu yang mudah
dipahami dan diterapkan. Al-Qur’an adalah sumber hidayah yang didalamnya
terkandung norma dan kaidah-kaidah yang diformulasikan dalam bentuk peraturan.
Tujuan diturunkannya al-Qur’an adalah untuk meletakkan suatu pandangan hidup
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan
penciptanya. Keterangan diatas menunjukkan bahwa Al-qur’an menjadi sumber dari segala hukum dan seluruh sistem
hukum yang ada mesti berpangkal dari al-Qur’an, penggunaan sumber lain harus
sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan tidak berbuat hal-hal yang
bertentangan dengan al-Qur’an.
Pada
prinsipnya peraturan dan undang-undang yang terkandung didalamnya adalah masih
bersifat umum, tidak memberikan
perincian sehingga masih sulit untuk dipahami secara langsung. Oleh karena itu Allah swt. mengutus
Rasulullah saw. untuk memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat tersebut. Firman
Allah swt.
!$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍkös9Î) öNßg¯=yès9ur crã©3xÿtGt
Artinya : … dan kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan kepada manusia apa-apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.
(Q.S. an-Nahl: 44)[1]
Sunnah
sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an, dalam semua mazhab diakui
merupakan pembahasan yang sangat luas dan berkepanjangan, mencakup aspek-aspek
kehujjahan, ketetapan, syarat-syarat penerimaan, dilalah, bagian-bagiannya dan
lain-lain yang tidak lagi menjadi rahasia bagi orang-orang yang mengkajinya,
baik dari mazhab Dawud dan Ibn Hazm
al-Zahiri yang sama-sama mengingkari penggunaan qiyas dan ta’lil, hingga mazhab
Abu Hanifah dan kawan-kawannya yang dikenal dengan mazhab Ra’yu dalam sejarah fiqh Islam.[2]
Sebagian besar ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an adalah dalam
bentuk garis besar yang secara amaliah belum dapat dilaksanakan tanpa
penjelasan dari sunnah. Dengan demikian fungsi sunnah yang utama adalah untuk
menjelaskan al-Qur’an hal ini telah
sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat an-Nahl ayat 64 :
!$tBur $uZø9tRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# wÎ) tûÎiüt7çFÏ9 ÞOçlm; Ï%©!$# (#qàÿn=tG÷z$# ÏmÏù Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 cqãZÏB÷sã ÇÏÍÈ
Artinya :Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al
Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.[3]
II.
PENGERTIAN HADITS DAN SUNNAH DAN HADITS QUDSI.
1.
Pengertian
hadits
A.
Menurut bahasa
(Etimologi)
Hadits
menurut bahasa mempunyai beberapa arti :
a. Jadid, lawan
qadim = yang baru. Jama’nya : hidats, hudatsa dan huduts.
b. Qarib = yang
dekat, yang belum lama lagi terjadi, seperti dalam perkataan “haditsul ahdi bil
Islam” =orang yang baru memeluk agama Islam. Jama’nya hidats, hudatsa dan
huduts.
c. Khabar =
warta, yakni : “ ma yutahaddatsu bihi wa yunqolu” = sesuatu yang dipindahkan
dari seseorang kepada seseorang. [4]
Kemudian
dari itu sebagian ulama berkata : lafadz “ahadits” bukan jama’ dari hadits yang
bermakna khabar, tetapi isim jama’ baginya. Mufrad ahadits yang sebenarnya
adalah: uhdutsah, yang bermakna “ sesuatu berita yang diperkatakan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain”.
Allah
pun memakai kata “ hadits” dengan pengertian khabar dalam firman-Nya :
(#qè?ù'uù=sù ;]Ïpt¿2 ÿ¾Ï&Î#÷WÏiB bÎ) (#qçR%x. úüÏ%Ï»|¹ ÇÌÍÈ
Artinya : “Maka
hendaklah mereka mendatangkan suatu khabar
yang semisal Al- Quran itu jika mereka orang-orang yang benar” [5]
B.
Menurut istilah
ahli hadits.
Pengertian Hadits menurut ahli hadits adalah Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik
berupa perkataan, perbuatan atau pernyataan sifat-sifat dan sebagainya.
1. Hadits Qouliyah yaitu hadits yang berupa perkataan Rasulullah biasanya dimulai dengan kata-kata “saya
mendengar Rasulullah bersabda(قال
رسول الله).
2. Hadits Fi’liyah yaitu hadits yang merupakan perbuatan Rasulullah biasanya
dimulai dengan kata “saya melihat” (رئيت رسول الله) dan kebanyakan berkaitan dengan praktek ibadah
untuk memberikan contoh yang benar.
3. Hadits Taqririyah yaitu hadits yang merupakan tanda
persetujuan atau penolakan dari Rasulullah. [6]
Menurut sebagian ulama, bahwa hadits mempunyai pengertian yang
sama dengan khabar, sedangkan yang lain mengatakan bahwa terdapat
perbedaan pengertian antara hadits dengan khabar. Hadits adalah sesuatu yang
dinukil dari Nabi sehingga mereka yang ahli hadits disebut dengan Muhaditsin,
sedangkan khabar adalah sesuatu yang dinukil dari selain Nabi dan mereka yang ahli khabar disebut sebagai ahli
sejarah.
2.
Pengertian
sunnah
Para ulama berbeda-beda dalam
mendefinisikan sunnah, sesuai dengan disiplin ilmu dan bidang garapannya
masing-masing. Ulama hadits, karena melihat Nabi sebagai figur pemimpin yang
sikap dan pebuatannya sangat ideal untuk menjadi suri tauladan, mendefinisikan
sunnah dengan: segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat maupun sirah, sebelum bi’tsah atau
sesudahnya. Adapun menurut Ulama ushul, yang melihat sunah sebagai landasan
hukum di samping al-Qur’an, mendefinisikannya dengan: perkataan, perbuatan dan
taqrir Nabi yang dapat dijadikan sandaran hukum. Sedangkan menurt Ahli fikih,
sunnah adalah: setiap informasi mengenai Nabi yang tidak menyangkut beban
fardhu atau wajib.
Kata Sunnah oleh sebagian ulama
-semisal Imam Abu Ishaq al-Syathibiy- juga digunakan untuk perbuatan sahabat.
Misalnya, sunnah sahabat dalam pengkodifikasian al-Qur’an, penambahan adzan
dalam sholat Jumat, dan lain-lain.
Ulama
hadits menyamakan pengertian hadits dengan sunnah. Namun terkadang istilah
hadits dimaksudkan untuk: perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi SAW. Karenanya
istilah sunnah lebih umum daripada hadits. Adapun menurut Ulama ushul, hadits
adalah sunnah qauliyyah saja. [7]
Kesulitan mengidentikkan antara hadits dan sunnah
maka perlulah kita tentukan garis perbedaan yang tegas. Hadits, ialah : segala
peristiwa yang disandarkan kepada Nabi, walaupun sekali saja terjadi dalam
sepanjang hidupnya, dan walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja.
Sedangkan sunnah ialah : “Cara Rasulullah melaksanakan sesuatu ibadah yang
dinukilkan kepada kita dengan amaliah yang mutawatir pula” Nabi melaksanakannya
bersama para sahabat, kemudian para sahabat melaksanakannya. Kemudian
diteruskan pula oleh para tabi’in. Walaupun lafadz penukilannya terkaadang
tidak mutawatir akan tetapi dalam segi amaliah mutawatir adanya. Pelaksanaaan
yang mutawatir inilah yang dimaksudkan dengan sunnah. [8]
3.
Pengertian
hadits qudsi
Hadits
qudsi ialah : “Perakataan-perkataan yang disabdakan oleh Nabi SAW dengan mengatakan : “ Allah
Berfirman......... Nabi menyandarkan perkataan itu kepada Allah. Beliau
meriwayatkan dari Allah SWT.
Sebagian ulama berkata : “
Al- qur’an adalah lafadznya tidak seorangpun ahli balaghah mampu membuatnya dan
diturunkan oleh Allah dengan perantaran Jibril, sedangkan hadits qudsi tidak
demikian ia bukan merupakan mukjizat Nabi dan diturunkan tidak melalui
perantaraan malaikat Jibril.
Bagaimanapun perbedaan
pendapat tentang hadits qudsi tersebut, hadits qudsi adalah merupakan
perbendaharaan agama yang mulia dan agung, yang didalamnya terdapat bimbingan,
tuntunan, pedoman serta petunjuk yang dijamin kebenarannya olh Allah SWT dalam
Al-qur’an :
$tBur ß,ÏÜZt Ç`tã #uqolù;$# ÇÌÈ ÷bÎ) uqèd wÎ) ÖÓórur 4Óyrqã ÇÍÈ
Artinya : “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut
kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya). [9]
III.
PENGERTIAN WAHYU DAN MACAM-MACAMNYA
A.
Pengertian wahyu.
Wahyu menurut bahasa adalah isyarat yang cepat dengan tangan dan
sesuatu isyarat yang diklakukan juga bukan dengan tangan. Juga bermakna surat,
tulisan, sebagaimana bermakna pula yang kita sebut kepaada orang lain untuk
diketahuinya. Sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz Al qur’an. Atau dengan
kata lain, wahyu dalam hal ini adalah pengetahuan-pengetahuan yang Allah
tuangkan kedalam jiwa nabi, dan kehendaki agar disampaikan kepada manusia untuk
menunjukkan manusia agar hidup bahagia dunia dan akhirat.
Muhammad Syahrur menjelaskan bahwa format
wahyu disajikan dalam proses komunikasi verbal
antara Allah dengan malaikat hingga pesan tersebut sampai kepada nabi
Muhammad merupakan bentuk redaksi linguistik melalui media fonetik (suara)
al-dzikr, bukan melalui media tekstual (khathiyah) [10]
B.
Macam-macam wahyu.
1.
Taklimullah (Allah SWT berbicara langsung) kepada Nabi- Nya dari
belakang hijab. Yaitu Allah SWT menyampaikan apa yang hendak Dia sampaikan,
baik dalam keadaan terjaga maupun dalam keadaan tidur.
Sebagai contoh dalam keadaan terjaga, yaitu seperti ketika Allah SWT berbicara langsung dengan Nabi Musa AS. Allah berfirman
Sebagai contoh dalam keadaan terjaga, yaitu seperti ketika Allah SWT berbicara langsung dengan Nabi Musa AS. Allah berfirman
4 zN¯=x.ur ª!$# 4ÓyqãB $VJÎ=ò6s? ÇÊÏÍÈ
Artinya : ..dan Allah telah
berbicara kepada Musa dengan langsung. [11]
2. Melalui
perantaraan Malaikat Jibril, dengan cara :
a . Malaikat Jibril menampakkan diri dalam wujud aslinya. Cara seperti ini sangat jarang terjadi, dan hanya terjadi dua kali. Pertama, saat Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah masa vakum dari wahyu, yaitu setelah Surat al 'Alaq diturunkan, lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menerima wahyu beberapa saat. Masa ini disebut masa fatrah, artinya kevakuman. Kedua, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Malaikat Jibril dalam wujud aslinya, yaitu saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dimi'rajkan.
b. Malaikat Jibril Alaihissallam terkadang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam wujud seorang lelaki. Biasanya dalam wujud seorang lelaki yang bernama Dihyah al Kalbiy. Dia adalah seorang sahabat yang tampan rupawan. Atau terkadang dalam wujud seorang lelaki yang sama sekali tidak dikenal oleh para sahabat. Dalam penyampaian wahyu seperti ini, semua sahabat yang hadir dapat melihatnya dan mendengar perkataannya, akan tetapi mereka tidak mengetahui hakikat permasalahan ini. Sebagaimana diceritakan dalam hadits Jibril yang masyhur, yaitu berisi pertanyaan tentang iman, Islam dan ihsan.
a . Malaikat Jibril menampakkan diri dalam wujud aslinya. Cara seperti ini sangat jarang terjadi, dan hanya terjadi dua kali. Pertama, saat Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah masa vakum dari wahyu, yaitu setelah Surat al 'Alaq diturunkan, lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menerima wahyu beberapa saat. Masa ini disebut masa fatrah, artinya kevakuman. Kedua, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Malaikat Jibril dalam wujud aslinya, yaitu saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dimi'rajkan.
b. Malaikat Jibril Alaihissallam terkadang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam wujud seorang lelaki. Biasanya dalam wujud seorang lelaki yang bernama Dihyah al Kalbiy. Dia adalah seorang sahabat yang tampan rupawan. Atau terkadang dalam wujud seorang lelaki yang sama sekali tidak dikenal oleh para sahabat. Dalam penyampaian wahyu seperti ini, semua sahabat yang hadir dapat melihatnya dan mendengar perkataannya, akan tetapi mereka tidak mengetahui hakikat permasalahan ini. Sebagaimana diceritakan dalam hadits Jibril yang masyhur, yaitu berisi pertanyaan tentang iman, Islam dan ihsan.
c . Malaikat Jibril mendatangi Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun ia tidak terlihat. Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam mengetahui kedatangan Malaikat Jibril dengan suara yang mengirinya.
Terkadang seperti suara lonceng, dan terkadang seperti dengung lebah. Inilah
yang terberat bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga
dilukiskan saat menerima wahyu seperti ini, wajah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam berubah. Meski pada cuaca yang sangat dingin, beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam bermandikan keringat, dan pada saat itu bobot fisik Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berubah secara mendadak[12]
3. Melalui bisikkan yang dimasukkan ke dalam kalbu.
yaitu
Allah Azza wa Jalla atau Malaikat Jibril meletakkan wahyu yang hendak disampaikan ke dalam kalbu
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disertai pemberitahuan bahwa, ini merupakan
dari Allah SWT.
4. Dalam bentuk ilham.
Yaitu Allah memberikan ilmu
kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, saat beliau berijtihad pada suatu
masalah.
5. Melalui mimpi.
Yaitu Allah Azza wa Jalla
terkadang memberikan wahyu kepada para nabi- Nya dengan perantaraan mimpi. Sebagai contoh, yaitu wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Ibrahim Alaihissalllam agar menyembelih anaknya.
Peristiwa ini diceritakan oleh Allah SWT di dalam Al- qur’an :
$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»t þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2ør& öÝàR$$sù #s$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»t ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎÉ9»¢Á9$#
Artinya : Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".[13]
IV.
PANDANGAN ULAMA TENTANG KEWAHYUAN HADITS.
Banyak teori yang sudah menjelaskan tentang wahyu, baik yang klasik
maupun yang modern. Para ulama umumnya berpijak pada hadits-hadits Rasulullah
yang secara tekstual cenderung mengabaikan aspek kesejarahan dan rasionalitas. Selain
disebut wahyu, dalam proses transfer informasi dikenal istilah lain yang
menurut para ulama dinamakan ilham. Ilham dimaksudkan sebagai upaya menuangkan
suatu pengetahuan atau informasi kedalam jiwa dan meminta supaya dikerjakan
oleh pihak yang menerimanya.
Menurut TM. Hasbi Ash Shiddieqy, wahyu yang juga disebut dengan ilham
dapat diperoleh siapa saja dan tanpa disyariatkan kepada orang lain. Ilham itu
juga merupakan perasaan halus yang diyakini jiwa serta dapat mendorongnya untuk
melakukan sesuatu yang di yakininya, serta tidak mengetahui dari mana
datangnya.[14]
Abdurrazzaq Lahiji terkait masalah ini
berkata, “Apabila ada orang yang menduga bahwa Nabi Saw pada sebuah perkara
beramal berdasarkan pikiranya sendiri dan tidak menantikan wahyu maka dari sudut
mana pun orang ini tidak tahu dan jahil terhadap tujuan kenabian dan hakikat
nabi. Dan orang sedemikian di hadapan orang-orang berakal telah keluar dari
wilayah agama, khususnya karena hal ini bertentangan dengan nash al-Qur’an Srat
An Najm ayat 3-4 dan menspesifikasi masalah ini terhadap sebagian masalah
lainnya, sejatinya merupakan perbuatan yang tidak dapat diterima. Seluruh
urusan yang bertalian dengan agama memerlukan izin Ilahi dan wahyu Rabbani, nah
tatkala Nabi tidak berbuat berdasarkan pendapatnya sendiri maka bagaimana
mungkin orang lain dapat berbuat sebaliknya.” [15]
Al-qur’an menolak anggapan sementara orang-orang yang memandang wahyu
sebagai sesuatu yang aneh. Allah berfirman :
tb%x.r& Ĩ$¨Z=Ï9 $·6yftã ÷br& !$uZøym÷rr& 4n<Î) 9@ã_u öNåk÷]ÏiB ÷br& ÍÉRr& }¨$¨Z9$# ÎÅe³o0ur úïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä ¨br& óOßgs9 tPys% A-ôϹ yYÏã öNÍkÍh5u 3 tA$s% tbrãÏÿ»x6ø9$# cÎ) #x»yd ÖÅs»|¡s9 îûüÎ7B
Artinya : Patutkah manusia merasa heran kalau kami mewahyukan kepada
seorang lelaki dari mereka : ‘Berilah peringatan kepada manusia dan
gembirakanlah orang-orang yang beriman, bahwa mereka itu memperoleh kedudukan
tertinggi disisi tuhannya’ Orang-orang kafir itu berkata: Sesungguhnya orang
itu ( Muhammad) jelas adalah tukang sihir. [16]
Pesan-pesan
yang hendak disampaikan dalam komunikasi bukanlah merupakan pesan khusus untuk
penerima pertama, akan tetapi ada tuntutan untuk menyampaikan pesan-pesan
tersebut kepada umat manusia, maka yang dituntut adalah menyampaikan pesan
tersebut tanpa ada penyimpangan, baik dalam kata maupun kalimatnya, hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT :
÷Pr& tbqä9qà)t ¼ã&s!§qs)s? 4 @t/ w tbqãZÏB÷sã ÇÌÌÈ
Artinya : Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya". sebenarnya mereka tidak
beriman."[17]
Dalam
konteks ayat tersebut, pihak penerima pesan pertama bertugas mentransfer
Risalah (Pesan-peas Ilahiyah) kepada manusia, dalam hal ini penerima pertama tidak sekedar menerima,
memahami, dan mengetahui isi kandungan risalah tersebut saja, akan tetapi
diangkat sebagai utusan atau “seorang Nabi / Rasul”
Sesuai dengan penjelasan Al
qur’an surat Al maidah ayat 67 :
* $pkr'¯»t ãAqߧ9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ( bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4 ª!$#ur ßJÅÁ÷èt z`ÏB Ĩ$¨Z9$# 3 ¨bÎ) ©!$# w Ïöku tPöqs)ø9$# tûïÍÏÿ»s3ø9$#
Artinya : Hai rasul, sampaikanlah
apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa
yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [18]
Menurut Nasr Hamid Abu
Zaid, teks sebagai pesan yang harus disampaikan berarti bahwa yang menjadi
sasaran teks adalah seluruh umat manusia, yaitu manusia yang terkait dengan
sistem bahasa teks, serta yang terkait dengan sistem kebudayaan dimana bahasa
tersebut dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi. Berdasarkan pendapat
tersebut, istilah “menurunkan” (al-tanzil) haruslah difahami sebagai istilah
“menurunkan” kepada manusia melalui dua perantara yaitu Malaikat Jibril (
Makhluk ghaib) dan Rasul (Muhammad) sebagai seorang manusia.
V.
ANALISIS PENULIS TENTANG KEWAHYUAN HADITS.
Hadits merupakan wahyu dari Allah SWT di samping al-Qur’an. Hal ini
dibuktikan dengan lisensi Allah swt dan Rasul-Nya. Di antara lisensi Allah
tersebut adalah firman-Nya:
wöqs9ur ã@ôÒsù «!$# y7øn=tã ¼çmçGuH÷quur M£Jolm; ×pxÿͬ!$©Û óOßg÷YÏiB cr& x8q=ÅÒã $tBur cq=ÅÒã HwÎ) öNåk|¦àÿRr& ( $tBur tRrÛØo `ÏB &äóÓx« 4 tAtRr&ur ª!$# øn=tã |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur yJ©=tãur $tB öNs9 `ä3s? ãNn=÷ès? 4 c%x.ur ã@ôÒsù «!$# y7øn=tã $VJÏàtã ÇÊÊÌÈ
Artinya : Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya
kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk
menyesatkanmu. tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan
mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. dan (juga karena) Allah
telah menurunkan kitab dan Hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa
yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. [19]
Allah SWT mengutus Rasul-Nya
untuk memberi peringatan kepada umat manusia (Qs.Al-Mudattsir: 1-3). Dan
al-Qur’an adalah inti risalah yang harus disampaikan kepada mereka. Namun tugas
Nabi tidak hanya terbatas dalam penyampaian teks al-Qur’an, namun juga
menjelaskan makna yang memerlukan penjelasan yang lebih detail inilah yang dimaksudkan dengan hadits, dan suatu
hal yang tidak mungkin jika dalam menjelaskan beberapa risalah kepada umatnya
Rasulullah menyampaikan tidak berdasarkan wahyu dari Allah SWT, karena tidak satu pun perkataan, perbuatan serta ketetapan Nabi Muhammad Saw yang dilakukan dengan nafsu tanpa izin wahyu dari Allah SWT sebagaimana
maksud dari Firman Allah Surat An- Najm ayat 3-4.
VI.
PENUTUP.
Hadits
merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al qur’an dibidang penetapan
hukum, peradilan, fiqh, da’wah, tarbiyah dan lain sebagainya. Yakni segala
sesuatu yang disandarkan kepada nabi, baik itu qouliyyah (sabda Nabi), fi’liyyah ( Perbuatan Nabi yang diungkapkan oleh sahabat dengan bahasa sahabat)
maupun takririyah (Ketetapan atau diamnya nabi atas perbuatan sahabat). Rasulullah telah menyampaikan jika kita
berpegang teguh pada dua pusaka yang ditinggalkannya yakni al qur’an dan As
Sunnah kita tidak akan tersesat dan pasti akan memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Makalah
ini tentunya terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun metodologi
penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran yang bersifat
konsruktif dari para pembaca agar nantinya makalah yang sederhana ini mampu
memberikan kontribusi yang positif khususnya untuk pembaca dan penulis sendiri.
Semoga
Allah SWT selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin ya
Rabbal ‘alamin.
VII.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN.
1.
Departemen
Agama RI, (1983/1984), Al
qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al qur’an
2.
Drs. M.
Agus Solahuddin, M. Ag dan Agus Suyudi, Lc. M. Ag, (2008), Ulumul Hadits, Bandung : Pustaka Setia
3.
DR. Yusuf
Qardawi (1993), Bagaimana
Memahami Hadits Nabi SAW, Bandung : Karisma
4.
TM. Hasbi
Ash Shiddieqy, (1974), Sejarah
dan Pengantar ilmu Hadits, Yogyakarta : Bulan Bintang
5.
DR. Subhi
As Shalih, (1995), Membahas
Ilmu-ilmu Hadits, Jakarta : Pustaka Firdaus
6.
DR. Yusuf
Qardawi,(1997) Terjemahan Al-Marja’iyyah
al-Ulya fi al Islam li al-qur’an wa al Sunnat Dawabit wa Mahazir fi al Fahm wa
al tafsir, Jakarta : Rabbani Press
7.
DR. M.
Ajaj Al Khathib, (1999), Hadits
Nabi Sebelum di Bukukan, Jakarta : Gema Insani
8.
Abd.
Rohman, M. Hum, (2007), Komunikasi
Dalam Al qur’an
( Relasi Ilahiyah dan Insaniyah),Malang : UIN Malang
9.
Rosihan
Anwar,M. Ag (2004), Ulumul
Qur’an ,Bandung : Pustaka Setia
[2] Yusuf Qardhawi, al-Marja’iyyah
al-Ulya fi al Islam li al-qur’an wa al Sunnat Dawabit wa Mahazir fi al Fahm wa
al tafsir, Diterjemahkan oleh
Bahruddin Fanani dengan Judul Al-Qur’an dan as-Sunnah Referensi Tertinggi
Umat Islam, (Jakarta: Rabbani
Press, 1997), hal. 71
[4] TM. Hasbi Ash
Shiddieqy, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Hadits, (Yogyakarta, Bulan Bintang,
1974) hal. 12
[8] TM. Hasbi Ash
Shiddieqy, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Hadits, (Yogyakarta, Bulan Bintang,
1974) hal. 40
[10] TM. Hasbi Ash
Shiddieqy, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Al qur’an dan tafsir, (Yogyakarta, PT. Pustaka Rizki Putra, 1953) hal. 17
[12] www. Google, Bagaimana Wahyu
disampaikan , Hafidz Abdurrahman, (diakses 03 Januari 2012 03:38:41)
[14] TM. Hasbi Ash
Shiddieqy, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Al qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta, PT. Pustaka Rizki Putra, 1953) hal. 17
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: