Rabu, 28 Oktober 2015
PERANG SALIB DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERADABAN EROPA DAN ISLAM
Oleh: IRWANTO, S.Sy., M.A
I.
Pendahuluan
Sebagaimana diketahui bahwa sejarah
merupakan suatu serangkaian peristiwa
yang terjadi yang kehadirannya mesti dilatar belakangi oleh sebab-sebab
tertentu. sejarah tidaklah muncul dengan seketika dan berdiri sendiri tampa ada
yang menyebabkan kelahirannya. Atau
dapat pula dikatakan bahwa sejarah itu memiliki prolog dan epilognya, oleh
karena itulah tidaklah semua peristiwa yang terjadi dimasa lalu dapat dikatakan
dengan sejarah.
Demikian
pula halnya dengan perang salib yang telah menjadi realitas sejarah umat manusia, yang telah
terjadi lebih kurang selama dua ratus tahun, Perang ini merupakan konflik
terbesar antara dua penganut agama besar
di dunia yaitu agama Islam yang tengah berkuasa pada waktu itu disebahagian Erofa,
Afrika Utara dan Asia, dengan pemeluk agama Nasrani yang berusaha merebut kota Yerusalem
yang pada waktu itu dikuasai oleh Islam, yang nota bene merupakan kota suci
bagi mereka[1].
Mengingat
Islam dan Kristen merupakan dua agama besar didunia yang dalam ajaran agamanya
sangat sarat dengan nilai-nilai perdamaian, toleransi dan hubungan sosial, baik dalam
al-Qur’an maupun Injil banyak
sekali dijumpai ayat-ayat tentang seruan untuk toleransi, perdamaian dan
hubungan sosial. tentu
akan muncul suatu pertanyaan besar, mengapa perang ini mesti terjadi, pada
hal didalam Islam dijumpai suatu seruan untuk berdialog dengan Ahlul kitab
dengan cara yang baik. Islam juga memandang bahwa kaum Nasrani adalah sebagai orang yang paling dekat dengan ummat Islam.
Namun
ditempat yang lain Islam juga sangat bersikap tegas terhadap umatnya dalam soal
aqidah. Memang perlu diakui bahwa soal aqidah dalam Islam adalah sesutu yang tidak dapat ditawar-tawar, karena itu tidak heran
kita jumpai ada juga beberapa nas yang memerintahkan pengikutnya untuk bersikap
tegas untuk memerangi Ahli kitab yang menolak beriman kepada Allah dan hari
yang akhir hingga mereka membayar jizyah
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang
yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang
paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang
yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian
itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan
diri (QS. Al-Maidah,ayat.82)
Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak
mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama
dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan
Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah[ dengan
patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (QS. Al-Taubah ayat. 29)[2]
Sementara
itu, didalam Kristen demikian pula dijumpai ajaran perdamaian seperti dalam
Martius12 : 30 disebutkan bahwa siapapun yang tidak bersama
Yesus berarti ia menentangnya dan siapa yang tidak mengumpulkan
bersamanya berarti ia telah menceraikan. tetapi ketika berbicara mengenai konsep peperangan
agama Kristen melarang hal tersebut
Menurut
hemat penulis, perang salib adalah merupakan bagian yang sangat
penting dari perjalanan sejarah, dan sangat banyak pengaruhnya baik bagi
Islam lebih-lebih bagi Erofa Barat,
karena hal ini telah membuka mata mereka tentang kebangkitan peradaban Islam
yang sesungguhnya, maka dampak dari
peperangan itu juga sangatlah besar, yang
justru dapat mempengaruhi peradaban-peradaban dunia pada masa-masa
berikutnya, karena itu sangatlah perlu
diketahui apa penyebab terjadinya perang
besar ini, faktor apa yang melatar
belakangi terjadinya perang salib ini, bagaimana jalan terjadinya perang salib ini, bagaimana
kesudahannya, dan apa dampak terjadinya
perang salib ini baik bagi peradaban Islam maupun peradaban Erofa.
II.
Pembahasan
Ahmad Syalabi menyebutkan bahwa perang ini
dinamakan dengan perang salib karena orang-orang Kristen yang berperang itu
memakai tanda salib dipakaiannya sebagai lambang dari perang suci[3]
Pendapat lain menyebutkan bahwa perang ini
dinamakan dengan perang salib karena
ekspedisi militer Kristen mempergunakan salib sebagai simbol pemersatu untuk
menunjukkan bahwa peperangan yang mereka
lakukan adalah perang suci yang
bertujuan untuk membebaskan kota suci Yarusalem dari tangan orang Islam[4]
1.
Faktor
–faktor penyebab terjadinya perang salib
a.
Faktor Agama
Dalam perspektif agama perang salib terjadi karena kaum Kristen merasa terhina atas
perlakuan yang mereka terima ketika menunaikan ibadah ketanah suci Yerussalem. Mereka merasa
terganggu atas perlakukan Bani Saljuk
yang menguasai Baitul Makdis, perlakukan tersebut tersebut telah
menyinggung perasaan orang-orang Kristen
karena Yerussalem bagi mereka adalah sebagai kota suci sebagai tempat kelahiran Yesus. Kini telah
dikuasai oleh Bani Saljuk, sehingga mereka merasa tidak bebas lagi menjalankan
ritual agamanya yang mendapat gangguan
dari Bani Saljuk.
Disamping itu Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan untuk umat
Kristen yang mengunjungi Baitul Makdis, peraturan-peraturan tersebut sangat dan
mengganggu mereka, sehingga mereka merasa tidak aman lagi, untuk beribadah ke Baitul
Makdis[5]
Hal tersebut telah memicu kebencian dan kemarahan serta sikap anti pati
umat Kristen terhadap Islam, sehingga mendorong mereka bersatu untuk
menghancurkan Islam, dan merebut kembali daerah-daerah yang pernah mereka
kuasai, yang puncak dari kemarahan itu
telah mendorong mereka untuk melakukan perang suci atau perang salib.
b.
Faktor Politik
Kekalahan Byzantium di Marzikan tahun 1071 dan jatuhnya Asia kecil dibawah
kekuasaan Bani Saljuk telah mendorong
Kaisar Alexius untuk meminta bantuan kepada Paus Urban II untuk
mengembalikan kekuasaannya di sejumlah wilayah yang diduduki oleh Bani Saljuk,
permohonan ini diterima oleh Paus dengan catatan bahwa Kaisar harus tunduk
kepadanya.
Sementara itu dilain pihak
kekuasaan Islam diwaktu itu barada dalam kelemahan, sehingga memicu semangat
juang kalangan Kristen untuk melancarkan serangan diwaktu itu, Dinasti Saljuk
di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan
setelah Sultan Malik Syah (1071-1092) wafat, terjadi perebutan kekuasaan
di antara putera-puteranya. Disamping
itu Dinasti Fatimiyyah di Mesir dalam keadaan lumpuh pula, sedangkan kekuasaan
Islam di Spayol pada waktu itu dalam kondisi yang lemah.[6]
Kondisi sosiol politik tersebut menjelaskan
kepada kita bahwa ummat Islam pada waktu itu berada pada titik nadir yang
lemah, umat Islam telah berpecah – pecah,
keadaan yang seperti ini memberikan
peluag yang besar bagi umat Kristen untuk melancarkan serangan kesejumlah
wilayah-wilayah yang berbasiskan Islam.
c.
Faktor Ekonomi
Pedagang-pedagang besar yang berada dipantai timur laut tengah, terutama
yang berada di pantai timur laut tengah, dikota Venezia, Genoa dan Pisa,
berambisi untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang Pantai Timur
dan Selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka, oleh karena
itulah mereka tidak segan-segan menjadi penyangga dana perang salib dengan
harapan menjadikan kawasan itu sebagai
pusat perdagangan mereka apabila pihak
Kristen memperoleh kemenangan[7]
ini menunjukkan kepada kita bahwa perang
salib ini, ternyata tidak murni dilandasi oleh dorongan spritual keagamaan, ia
bukan lagi menjadi perang suci, disini yang menjadi motifator bukan lagi agama
tetapi persoalan ekonomi untuk memperoleh keuntungan, Bahkan lebih eronisnya
terdapat sejumlah pemimpin mereka seperti Bohemond yang turut berpartisifasi
dalam perang salib dalam rangka memperkaya diri sendiri.
d.
Faktor Sosial
Dikalangan bangsa Erofa terjadi kesenjangan sosial, yaitu kaum Gereja yang disebut dengan kaum bangsawan dan rakyak
jelata yang menempati kelas paling bawah. Sehingga status sosial tersebut juga
membawa dampak dalam kehidupan sehari-hari. Mereka merasa sering tertindas
karena adanya beban untuk membayar pajak.
Disisi lain dalam masyarakat
Erofa berlaku hukum waris yang menetapkan bahwa hanya anak tertua saja yang
berhak menerima harta warisan, apabila anak tertua meninggal maka harta warisan
tersebut harus disumbangkan kepada fihak Gereja.[8] Akibat
adanya peraturan dari Gereja ini maka populasi
orang-orang miskin di Erofa meningkat.
Disamping itu perlu diketahui bahwa sebahagian warga Erofa memiliki bakat romantis yang senang
berkelana, berpetualangan serta ada juga
para pendosa yang suka berbuat tindakan kriminal mereka turut ambil bagian dari
perang salib. Mereka mudah dimobilisasi oleh fihak Gereja untuk ambil bagian
dari perang salib, sebab mereka di iming-iming dengan janji-janji dan harapan
bahwa bagi para pendosa diberikan ampunan dosa dan kalau mereka meninggal dalam
perang salib mereka memperoleh sorga.
2.
Jalan / Proses Perang Salib
Para ahli sejarah berbeda pendapat dalam
menetapkan priodesasi perang salib itu, Ahmad Syalabi misalnya membagikan
priode perang salib itu kepada tujuh priode. Sedangkan Philip K. Hitti
membagikan kepada tiga priode. Meskipun demikian Philip K. Hitti juga mengakui
bahwa garis priodesasi perang salib itu tidaklah jelas, dimana perang salib
berlangsung secara terus menerus dengan kelompok yang bervariasi. Terkadang
berskala besar dan terkadang berskala kecil [9]
Namun secara garis besarnya priode perang salib itu dapat dibagikan
kepada tiga priode yaitu :
a.
Priode pertama yang disebut dengan
priode penaklukan yang berlangsung hingga tahun 1144 M. Priode ini adalah merupakan upaya umat
Nasrani untuk merebut, menduduki sejumlah wilayah Islam.
b.
Priode
kedua, yang disebut dengan priode reaksi serangan balik umat Islam
terhadap umat Nasrani
c.
Ketiga, yang dikenal dengan perang kecil
–kecilan, atau priode kehancuran didalam pasukan salib.
A. Priode Pertama Serangan Kristen Terhadap Islam
(
Perang Salib I )
Perang salib muncul kepermukaan untuk pertama kali adalah atas inisiatif
Paus Urbanus II ketika Paus Urbanus II melakukan
istighosah akbar dengan seluruh para
pembesar –pembesar Gereja dalam menyikapi reaksi kehadiran Bani Saljuk di
daerah Yerusalem. Setelah istighozah tersebut Paus Urbanus II berpidato
menyuarakan semangat perang dan mengatas namakan dengan perang suci (perang
Salib), hal ini terjadi pada tahun 1095 M.
Selanjutnya Boutros mensosialisasikan
sekaligus mengkampanyekan kepada seluruh umat Kristen untuk ikut serta
dalam perang suci tersebut. Boutros
ini pernah pergi ke Yarusalem untuk melaksanakan ibadah
ke Baitul Makdis, namun ia dicegat oleh militer
Bani Saljuk. Oleh karena itulah
ia mengelilingi Erofa dalam rangka mensosialisasikan perang salib ini
sekaligus mengumumkan umat Kristen untuk ikut berperang dalam pasukan salib.
Boutros akhirnya berhasil mengumpulkan sejumlah pengikutnya yang terdiri dari rakyat jelata yang mengikut
sertakan anak-anak dan isteri-isteri mereka. Selanjutnya menurut Hasan Ibrahim
mengilustrasikan bahwa pasukan yang hendak membebaskan Baitul Makdis Yerusalem ini, tidak memiliki pengalaman berperang dan
tampa membangun persiapan yang matang, sehingga sepanjang jalan yang mereka
lalui mereka melakukan keonaran dan perampasan. Tetapi ketika mereka mendekati
daerah Bani Saljuk dengan mudahnya mereka dikalahkan oleh tentara Dinasti Bani
Saljuk, peristiwa ini terjadi pada tahun
489 H/ 1096 M[10]
Kekalahan pasukan salib ini tidaklah mengherankan mengingat mereka tidak
memiliki kualifikasi tentara yang baik, bahwa pasukan ini terdiri dari
orang-orang yang berputus asa, para penjahat, dan orang-orang pinggiran rakyak
biasa, yang tidak punya peengalaman dalam menghadapai peperangan, oleh sebab
itu mereka dengan mudahnya dapat
dikalahkan oleh pasukan Bani Saljuk.
Pada tahun 1097 M umat Kristen
melakukan konsilidasi yang lebih matang,
pasukan ini berkumpul di Konstantinopel dan ini merupakan suatu pasukan
yang terorganisir dengan rapi, mereka terdiri dari para pemimpin yang
berpengalaman yang terdiri dari ribuan pasukan, sehingga ada yang menggambarkan
bahwa Kaisar Alexius sangat terkejut dengan jumlah pasukan yang sangat besar
tersebut.
Pasukan ini bergerak dari Konstantinopel menuju kota Antakiah pada bulan
Oktober 1098 M selama sembilan bulan kota ini dikepung akibatnya
adalah berkurangnya cadangan logistik warga tersebut. Dan sangat dimungkinkan
terjangkitnya penyakit yang melanda kota tersebut, sementara persediaan
obat-obatan terbatas. Oleh karena itulah akhirnya kota Antakiah jatuh kedalam
kekuasaan pasukan salib.
Disini sejarah mencatat bahwa ketika mereka berhasil menduduki kota
Antakiah ini, mereka melakukan pembantaian secara besar-besaran atas penduduk
kota tersebut. Setelah kemenangan ini, pasukan salib terus bergerak, melakukan
ekspansi kewilayah islam lainnya. Pada tahun 1099 M, pasukan salib berhasil
menduduki wilayah Yerussalem. Ekspansi terus dilakukan sehingga pada akhirnya berdirilah
kerajaan-kerajan Kristen di dunia Islam.
Hasan Ibrahim menyebutkan bahwa
di daerah Syam berdiri kerajaan-kerajan Kristen seperti wilayah Baitul
Makdis dikuasai oleh Godfrey, daerah Antakiah berada dibawah kekuasaan
Bahemond, Trabes berada dibawah kekuasaan Raymond dan Raha berada dibawah
kekuasaan Baldwin[11] .Dengan
demikian pada ekspedisi yang kedua ini, tentara salib berhasil mencapai
kemenangan dengan merebut dan menduduki beberapa wilayah-wilayah yang sangat penting pada waktu itu, hal ini
disebabkan mereka memiliki pasukan yang
sangat besar. Disamping itu mereka diuntungkan dimana pada waktu itu umat Islam
tidak bersatu, Islam berada dalam situasi konflik akibat adanya pertikaian
sesama mereka.
Keberhasilan Erofa pada perang salib I, yang dipimpin oleh Raymond dari
Perancis, Bohemund dan Godfrey Bouillon ditandai dengan berdirinya tiga kerajan
latin. Kerajaan-kerajan tersebut adalah
: Kerajan latin I di Raha (Edessa)
dengan Baldawin sebagai rajanya,
kerajaan latin II di Antiochea, ( Antakia) di Timur dengan Bohemund sebagai
rajanya. dan kerajaan latin III didirikan di Baitul Makdis (Yerussalem) dengan Godfrey sebagai rajanya
(1096-1144 M). Akan tetapi keraajan
tersebut tidak berumur panjang karena terjadi perpecahan dan perebutan
kekuasaan diantara mereka.[12]
Pada serangan tentara salib yang pertama ini, meskipun kondisi kekuatan
umat islam lemah dan tak berdaya namun bukan berarti tidak ada perlawanan sama
sekali dari umat Islam. Sultan Muhammad
dari Damaskus, berusaha mengabaikan konflik internal dan menggalang
kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan Salib, bahkan ia dapat
mengalahkan pasukan salib yang dipimpin oleh Baldawin ketika mereka mengepung kota Damaskus. Namun
Baldawin akhirnya dapat merebut kembali daerah-deaerah yang lepas setelah
mendapat bantuan dari Erofa.
B. Priode kedua Serangan balik Islam
(Perang salib II)
Perang Salib II terjadi disebabkan jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan
Kristen ditangan Islam. Reaksi dan perlawanan yang berarti dari pihak Islam,
yang pertama muncul di bawah pimpinan seorang perwira muslim yang gagah dan
berani, yakni Imanuddin Zangki yang memegang
pemerintahan dikota Mosul tahun 521 H, Imanuddin Zangki terkenal dengan
keberaniannya, sehingga dapat mendirikan kerajaan Islam yang kuat yang mencakup
Halab, Hamad, Himsh, dan Ba’labak. Dengan
gigih ia berjuang melawan pasukan salib, sehingga sedikit demi sedikit ia
berhasil memperluas wilayah Islam. Strategi yang dipergunakan dalam melawan
pasukan salib adalah dengan memotong kekuatan tentara salib, yang menghubungkan antara Antiachean dan, dan
terlebih dahulu dia dan pasukannya melumpuhkan dan menguasai Aleppo. setelah
itu ia merebut kembali kekuasaan salib
di Hammah dan diteruskan dengan pembebasan
masyarakat muslim dari penderitaan dan kekejaman pasukan salib di
daerah-daerah al-Asyrib dari kekejaman pasukan salib [13].
Kemudian
pada tanggal 27 november 1144 M, Imaduddin
Zangki melakukan pengepungan terhadap Raha Edessa, dan berhasil merebutnya dari
tentara salib pada bulan Desember 1144 M. Dengan demikian Raha dikuasai oleh
tentara salib lebih kurang setengah abad.
Disisi lain bangsa Romawi menjalin kerja sama dengan Perancis, dan
dengan kekuatan gabungan itu mereka menyerang Buzza. Mereka menangkap dan
membunuh wanita dan anak-anak yang tidak berdaya, kemudian mereka melanjutkan
serangan ke Caesarae yang berada di bawah kekuasaan Abu Asakir. Abu Asakir
segera minta bantuan Imaduddin Zangki dan akhirnya dengan bantuan pasukan Imaduddin
pasukan salib dapat diusir. dan wilayah
perbatasan di Akra berhasil di kuasai, begitu
juga dengan kota Balbek. dan selanjutnya masyarakat kota Balbek ini di
percayakan kepada komandan Najamuddin, ayah Salahuddin al-Ayubi. akan tetapi ketika ia bersama pasukannya
mengepung kota Akbarah ia gugur sebagai syahid dan perjuangan cita-citanya
dilanjutkan oleh anaknya Nuruddin Zangki.
Perang salib II terjadi didorong oleh
jatuhnya kembali Edessa ketangan umat Islam, berita tetang kejatuhan Edessa
ketangan Islam sangat menimbulkan kecemasan bagi tokoh-tokoh Kristen Erofa, seperti Paus Eugenius III sebagai tokoh yang sangat berpengaruh
dikalangan Kristen Paus Eugenius mengobarkan kebencian terhadap Islam, ia
menyerukan untuk melangsungkan perang salib ke II. Seruan Paus ini mendapat sambutan positif
dari Kaisar Perancis Louis VII dan
Kaisar Jerman Condrad III. Maka dengan kekuatan besar pasukan perang salib II ini bergerak menuju Asia. Pasukan Perancis dan Jerman ini bertolak melalui jalan darat
menuju kota-kota suci. Sesampainya mereka di Baitul Makdis mereka menentuka n untuk
menyerang Dimasyqa bersama-sama dengan tentara salib yang berada di Imarah (
daerah-daerah yang dikuasai oleh tentera perang salib fase 1). Maka
berkumpullah angkatan perang dibenteng-benteng Dimasyqa dan mengepungnya pada tahun 1148 M. Akan
tetapi dalam pengepungan tersebut mereka mendapatkan kesulitan dan kehabisan
tenaga serta kesabaran untuk tetap bertahan mengepung kota tersebut. Apalagi
ketika mereka mendengar bahwa angkatan perang Nuruddin dan Syaifuddin akan
datang untuk menolong kota tersebut. Maka
hal ini menyebabkan mereka untuk terpaksa angkat kaki meninggalkan kota itu dan
kembali ke Erofa, dan ini merupakan babak akhir dari perang salib II (1147-1149
M)[14]
Dalam masa tahun 544 – 1149 H Nuruddin berhasil menguasai benteng Aireima,
wilayah perbatasan Apamea dan kota Joscelin, dengan menguasai kota-kota
tersebut berarti kota-kota penting yang dikuasai pasukan salib dapat
dikuasainya. Selanjutnya pada tahun 1154 pasukan Nuruddin berhasil mengambil
alih Damascus sebagai usahanya melapangkan jalan menuju Yerusalem[15].
Perang Salib III
Perang Salib III terjadi karena adanya
berita jatuhnya beberapa wilayah penting yang dikuasai pasukan salib ketangan
Salahuddin al-Ayyubi. Salahuddin al-Ayyubi
yang bergelar al-Malik al-Nashir ini lahir di Tarkit (daerah tigris) pada tahun
1138M. dari bangsa Kurdi ayahnya adalah Najamudin Ayubi beliau adalah pejabat kepercayaan pada masa
Imaduddin Zangki. Salahudin adalah penguasa penuh di Mesir setelah hancurnya
dinasti Fatimiyah.
Padal tanggal 1 Juli 1187 M,
Salahuddin al-Ayubi dan pasukannya berhasil menaklukkan Tiberias, setelah dia mengepung kota tersebut
selama enam hari. Selanjutnya Ia menyusun kekota Hittin dan berhasil merebutnya
maka hancurlah kekuasaan orang Perancis, selanjutnya ia menuju ke Yerusalem,
seteleh mengepung kota Yerusalem selama satu
minggu akhirnya pasukan salib menyerah pada tanggal 2 Oktober 1187 M. Salahuddin al-Ayubi lalu
mengganti lonceng Gereja di Masjid Aqso dengan azan dan salib emas yang terpancng
diatas gereja besar itu diturunkan[16]. Selanjutnya Salhuaddin dengan mudahnya
dapat menaklukkan kota Syiria, Palistina,
Kota Acre, Naplus, Jerisko, Ramla, Caesarea, Asruf, Jaffra dan Bairut.
Berita jatuhnya Yerusalem, Palestina, Syam dan beberapa kota-kota
lainnya ketangan Salahuddin menggemparkan Erofa, sekaligus membangkitkan kembali
semangat umat Kristen untuk mengirimkan ekspedisi militernya yang lebih kuat,
dan ini merupakan perang salib ke III.(1189-1192M).
Pada perang salib ketiga ini pasukan Islam
dipimpin langsung oleh Salahuddin al-Ayyubi, sedangkan pasukan Kristen dipimpin
oleh raja-raja yang berkuasa di Erofa
Barat yaitu Frederik Barbarossa kaiser jerman, Richard si Hati singa raja
Inggris, dan Phillip Augustus raja
Perancis. Mereka menyerang Yerussalem dari berbagai arah. Pasukan yang dipimpin
oleh Frederik menempuh jalan darat, tetapi
Frederik dan pasukannya mengalami masalah dalam perjalanan itu dan ia sendiri
mati terbenam ketika menyeberangi sungai di Sicilia, pasukannya akhirnya
terpecah-pecah ada yang kembali ke Erofa dan sebahagian kecil terus melanjutkan
perjalanan dan bergabung dengan pasukan
Perancis. Richard dan pasukannya dapat menaklukan Cyprus dalam perjalananya ke
Yerusalem. Sedangkan Phillip langsung menuju Acre dan dengan bantuan Richard yang datang kemudian dapat
menaklukkan Acre. Walaupun mereka dapat menaklukkan Acre tetapi mereka tidak
tentram hal ini disebabkan adanya perselisihan yang timbul dikalangan pemimpin perang salib, dimana
Phillip kembali ke Perancis meninggalkan Richard yang melanjutkan peperangan
melawan Islam.
Perang Salib ketiga ini, akhirnya berakhir dengan perjanjian yaitu
daerah pesisir menjadi milik orang Kristen, sedangkan daerah pedalaman akan
menjadi milik kaum muslimin, dan para jamaah Kristen yang pergi ke Yerussalem
tidak akan diganggu. Setelah berhasil
mengembalikan kekuasaan Islam ke Yerussalem
enam bulan setelah itu Salahuddin meninggal dunia dalam usia 55 tahun,
tepatnya pada tahun1193 M, [17]dengan
demikian berakhirlah perang salib III.
Perang Salib ke IV
Setelah dua tahun kematian Salahuddin al-Ayyubi,
Paus Celestine III mengadakan perang salib keIV Pasukan perang salib ini mendarat dipantai Phoenician dan mengepung Bairut dalam rangka
menuju Syiria. al-Adid anak Salahuddin al-Ayubi
menentang dan menghadang pasukan salib serta menyerbu Yaffa, ketika pasukan
salib menyiapkan pengepungan di Tibnin. Karena sudah terdesak oleh pasukan Muslim
akhirnya pasukan salib mengajukan perdamaian kepada al-Adid pada tahun 595H/
1198M. Perundingan itu menghasilkan kesepakatan bahwa kedua belah pihak
mengadakan gencatan senjata selama tiga tahun.
Akan tetapi belum sampai tiga tahun, timbul pula perang saling yang lainnya,
perang ini atas seruan Innocent III
kepada raja-raja Erofa dan mereka
mengarahkan serangan ke Konstantinopel yang sebelumnya mengarah ke Syiria, dikota ini
mmereka melakukan pembantaian ribuan bangsa Romawi secara kejam, dengan
demikian pada perang salib ini, umat Islam sama sekali tidak mengalami
kerugian.
Perang salib berikutnya dipimpin oleh raja
Jerman yakni Frederik II, sebelum ke
Palistina mereka terlebih dahulu berusaha untuk merebut Mesir dengan harapan
mendapatkan bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Dan mereka berhasil
menguasai Dimyat pada tahun 1219 M. Al-Malik al-Kamil (anak al-Adid) raja Mesir dari Dinasti
Ayyubiyah pada waktu itu membuat perjanjian dengan Frederik, yang berisikan
bahwa Frederik bersedia melepaskan Dimyat dan al-Kamil melepaskan Yerussalem,
namun Frederik menjamin keamanan kaum muslimin disana. Perkembangan selanjutnya
yerussalem dapat direbut oleh kaum muslimin pada tahun 1247M pada masa
pemerintahan al-Malik al-Shalih.
Pada tahun 1250 M, kekuasaan Dinasti al-Ayyubi diganti oleh dinasti
Mamluk (1250-1517 M) setelah itu masih
terjadi perang salib kendatipun skalanya tidak begitu besar, perang salib pada
waktu ini pasukan Islam dipimpin oleh Sultan Baybars (1260-1277 M) dan sultan
Qalawun (1279-1290). Pada masa al-Khalil putra sultan Qalawun tahun 1291 M, pasukan Islam
dapat merebut kota Acre (Akkka)[18]
yang merupakan benteng terakhir pasukan salib, dengan jatuhnya kota Acre yang merupakan benteng terakhir pasukan
salib, maka berakhir pulalah perang
salib yang telah berlangsung hampir dua abad lamanya.
3.
Dampak perang Salib Bagi Peradaban Erofa dan
Perabanan Islam
Perang
salib telah membawa Eropa dalam hubungan erat dengan Islam, dalam hal ini hubungan antara timur dan
barat. perang salib telah mengambil
peranan penting dalam kebangkitan Eropa yang sebelumnya mengalami masa surut yang
rendah antara tahun 600-1000 M, sebagaimana di terangkan Mc Neill. sehingga melalui perang salib di Spanyol
maupun di Sicilia Eropa mulai sadar akan adanya peradaban Islam yang tinggi di
timur, mereka lalu membawa peradaban itu
sedikit demi sedikit ke Eropa.
Pasukan perang salib secara militer, tidak
memperoleh apa-apa karena kota suci Yerussalem yang menjadi tujuan utama perang
salib tidak dapat dikuasai Kristen bahkan kerajaan-kerajaan Kristen di timur
dengan seluruh pasukannya terusir dari kawasan timur Islam. Namun menurut
Phillip K. Hitti, perang salib mempunyai arti lebih penting bagi
dunia barat dibanding dunia timur yaitu terbukanya mata orang-orang barat
terhadap dunia timur yang sesungguhnya, yang selanjutnya melahirkan
pandangan-pandangan baru serta usaha-usaha baru setelah usainya perang salib.
Sedangkan bagi dunia Islam, perang salib tidakk lebih dari suatu insiden
yang penuh dengan kerusakan dan kehancuran sebagai akibat dari peperangan
.
Adapun peradaban Islam yang dapat ditemui dalam dunia barat, sebagai
hasil dari kontak langsung antara barat dan timur pada perang salib menurut Phillip. K. Hitti adalah
sebagai berikut :
a.
Dalam bidang milkiter pasukan salib
menemukan adanya senjata modren dikala itu, bahkan peledak, mesiu dan
sebagainya.
b.
Adanya alat musik genderang untuk
memotifasi militer dimedan pertyempuran, melatih burung merpati sebagai alat informasi,
dan pelajaran yang terpenting adalah tentang taktik dan strategi perang.
c.
Dalam bidang pertanian adanya sisten
irigasi, pompa hidrolik, pembudidayaan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, adanya
gula, sebelumya hanya mengenal madu dan mereka juga mengenal cengkeh dan
rempah-rempah lainnya.
d.
Dalam bidang industri mereka mengenag
hasil tenunan kain seperti kain mousselen, damast, seti dan satin.
e.
Dalam bidang perdagangan dan pelayaran
timbulnya pasar-pasar pada pasar baru di Erofa dan sistim ekonomi yang teratur ,dan
pada pelayaran dikenalnya kompas sebagai pedoman dalam pelayaran
f.
Dalam bidang Seni sudah ditemukannya
arsitektur Masjid, pemandian umum, Rumah sakit dan penginapan, hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
adanya pertukaran bahasa antara timur dan barat
III. Kesimpulan:
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perang salib terjadi
karena dilatar belakangi oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor agama, politik,
ekonomi dan sosial.
Sementara itu, kemenangan umat Kristen
Eropa dalam perang ini adalah disebabkan persiapan mereka yang matang di
samping umat Islam saat itu tidak siap untuk berperang mengadakan perlawanan.
Perang salib yang berlangsung hampir dua abad, dilancarkan oleh umat
Kristen Eropa dengan tujuan utama adalah pembebasan Yerussalem sebagai tempat
suci mereka yang telah lama dikuasai Islam.
serangan umat Kristen dalam perang salib ini, mendapat tanggapan yang
serius di kalangan Islam yang terlihat dalam serangan balik Islam yang dilakukan
oleh pahlawan-pahlawan Islam seperti Imaduddin Zangki, Nuruddin Zangki dan Salahuddin al-Ayubi.
Perseteruan yang hebat ini akhirnya
dimenangkan oleh pihak Islam.
Perang salib ini lebih banyak memberikan pengaruh positif bagi umat Kristen dan ia merupakan bibit nasionalisme di Eropa. disamping itu hasil dari persentuhan timur
dan barat ini, membawa mereka kepada
zaman kebangkitan dan kemajuan dalam
berbagai bidang. Sebaliknya bagi umat Islam
perang salib membawa kepada kemunduran di berbagai bidang dan kerugian yang
amat besar.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Agama RI, Ensoklipidi Islam, Jilid III,
Jakarta : Depag RI, 1993
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Jakarta : Depag RI, 2009
Ahmad
Syalabi , Mansu’ah fi al Tarikh al-Islam, jilid V, Maktabah an-Nadwah al- Mishriyah,
Kairo, 1979
Dewan Redaksi, Enseklopidi Islam, jilid IV , Jakarta : Pt Iktiar Baru
Van Hoere 1993
Hasan Ibrahim, Tarikh
al-Islam, Jilid IV, Maktabat al-Nahdhah al- Mishriyah, Kairo, 1976
Ahmad
Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islamy , Jilid V , Kairo : Maktabah al-Nahdah
al-Misriyyah, 1977
Philip
K. Hitti, History of the Arabs, London :The Macmillan Press Ltd, 1974
al.
Husein Mu’nis , dkk, Tarikh al-Daulah al-Islamiyyah fi al- Ushur al- Wustho,
Wizarah al- Tarbiyah, Kuwait , 1981
K.Ali, A Study of
Islamic History, diterjemahkan oleh Ali GhufranA. Masadi, PT Raja Grapindo Persada
Jakarta, 1997
K.Ali, A Study of Islamic History,
diterjemahkan oleh Ali GhufranA. Masadi, PT Raja Grapindo Persada
Jakarta, 1997 hal.279
[1]Departemen
Agama RI, Ensoklipidi Islam, Jilid III, Jakarta : Depag RI, 1993 hal. 899
[5]Hasan
Ibrahim, Tarikh al-Islam, Jilid IV, Maktabat al-Nahdhah al- Mishriyah, Kairo,
1976 hal. 243
Misriyyah, 1977, hal. 557
[7]Dewan
redaksi, loc.cit.
[8]
Ibid
[9]
Philip K. Hitti, History of the Arabs, London :The Macmillan Press Ltd, 1974,
hal. 635
[10]
Hasan Ibrahim, op.cit, hal.242
[11] Ibid
hal 247
[12] Philip
K. Hitti , Op.cit hal.638-639
[13]
Husein Mu’nis , dkk, Tarikh al-Daulah al-Islamiyyah fi al- Ushur al- Wustho,
Wizarah al- Tarbiyah, Kuwait , 1981 hal. 199
[14]Husin
Mu’nis , dkk Ibid hlm .202
[15]K.Ali,
A Study of Islamic History, diterjemahkan oleh Ali GhufranA. Masadi, PT Raja
Grapindo Persada Jakarta, 1997 hal.279
[16]Phillip
K. Hitti op.cit, hal.647-648
[17]
Ibid hal. 651
[18]
Departemen Agama RI, op.cit hlm 901
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
👌👍👏
BalasHapusTerlalu panjang
BalasHapusperangnyapun panjang, maka diuraikan panjang ..
Hapus